top of page

Hey, I'm a Mom!




Tepat 1 bulan yang lalu, saya melahirkan putri pertama kami, tepatnya pada tanggal 26 April 2017 jam 07.50. Kami sepakat menamainya, Alanis Naladhipa Ramanisha.


Pengalaman yang tak akan terlupakan untuk saya sepanjang masa. Semua usaha yang saya lakukan untuk bisa melahirkan secara nyaman, aman, dan alami telah saya dapatkan walau tidak semuanya berjalan sesuai dengan birth plan saya.


Ketika sudah memasuki usia kandungan 39 minggu, saya sudah mulai cemas karena gelombang cinta (kontraksi) tidak juga kunjung datang. Semua induksi alami sudah saya lakukan, seperti memakan nanas, kiwi, duren, rutin mengikuti prenatal yoga dan tiap hari saya menggunakan birthing ball.


Sebelumnya, saya dan Gemmy sepakat ketika flek keluar atau kontraksi mulai datang, Gemmy akan langsung menuju Jogja. Tapi, semakin dekat dengan HPL, flek ataupun kontraksi tidak juga kunjung tiba. Akhirnya, Gemmy memutuskan untuk datang pada H-3 HPL. Kami berpikir mungkin saja Alanis menunggu bapaknya untuk datang ke Jogja dulu.


Benar saja lho! Pada tanggal 24 April Gemmy datang ke Jogja, esoknya tanggal 25 April, sebelum subuh, kontraksi mulai datang, walaupun belum teratur. Awalnya, saya kira itu bukan kontraksi karena tidak mau GR juga. Rasanya kayak mules ingin pup dan nyeri menstruasi, tapi cuma berlangsung selama 30 detik. Wah, sepertinya sebentar lagi saya akan segeara bertemu dengan anak saya. Paginya, saya cuek pergi untuk prenatal yoga. Setelah dari prenatal yoga, saya dan Gemmy jalan-jalan ke Mall. Kontraksi tetap berdatangan, kadang 8 menit sekali, kadang 4 menit sekali, dengan durasi cuma 20-30 detik.


Setelah dari mall, saya ke RS JIH kontrol kehamilan. Dokter Adi menyuruh saya untuk CTG karena kontraksi saya sudah mulai datang. Setelah CTG, Dokter Adi mengatakan kontraksi sudah lumayan, walaupun tidak teratur. Kami disuruh menunggu 1-2 hari lagi.


Seperti biasa, sebelum tidur, saya membaca buku. Gemmy sudah tertidur pulas. Kontraksi terus datang walau tidak kuat tetapi lumayan teratur. Sekitar jam 11 malam, tiba-tiba ada cairan yang keluar dan membasahi kasur. Cairannya keluar banyak sekali dan tidak bisa ditahan. Saya langsung membangunkan Gemmy dan memanggil ibu saya. Firasat saya itu adalah air ketuban pecah. Saya langsung menggunakan pembalut. Dan benar saja, warnanya agak kuning. Saya sekeluarga termasuk ibu dan bapak saya bergegas ke rumah sakit. Saya masuk UGD diperiksa oleh dokter jaga dan setelah itu langsung dibawa ke kamar bersalin untuk di CTG. Saat itu, kontraksi sudah mulai kuat, dan saya sudah mulai mengatur napas. Setelah di CTG, salah satu bidan mengecek pembukaan sekitar jam 12-an. Ternyata sudah bukaan 3 menuju 4.


Karena sudah pecah ketuban, saya tidak boleh beranjak dari kasur kamar bersalin. Padahal planning saya dan suami ketika kontraksi datang saya akan bermain birthing ball, jalan-jalan di sekitaran rumah sakit, dan naik turun tangga. Sempat sedih karena harus menunggu bukaan lengkap dalam keadaan tidur di kamar bersalin. Setiap 3 jam sekali suster mengecek bukaan.


Jam 3 pagi bukaan saya sudah 6, lalu sekitar jam 6 pagi bukaan saya masih tetap 6. Saya sedih sekali mengetahui tidak ada penambahan bukaan. Sempat berpikir untuk menyerah, tapi saya lawan dan selalu mengingat bahwa ada buah hati saya yang sedang berjuang bersama-sama dalam proses ini. Saya terus-terusan memegang dan memeluk tangan suami saya dengan kencang sambil terus mengatur nafas.


Gemmy sudah terlihat sangat mengantuk, tapi ia terus menyemangati saya dan terus mengingatkan saya untuk atur nafas perut. Tidak sampai satu jam dari cek pembukaan terakhir, saya sudah tidak tahan ingin mengejan karena sangat mulas sekali. Bidan akhirnya mengecek bukaan lagi dan ternyata sudah bukaan 9. Saya sangat senang dan tidak sabar sampai bukaan lengkap. Tidak lama kemudian, sekitar jam 7-an, Dokter Adi datang dan mengecek bukaan.


Beliau bilang bukaan sudah lengkap dan sudah bisa untuk melahirkan. Bidan-bidan mempersiapakan semuanya, saya memegang tangan Gemmy dan Ibu saya. Kontraksi datang saya mengejan, terus begitu selama 15 menit. Karena saya tidak terlalu pintar mengejan dan kepala Alanis sudah terus keluar masuk, akhirnya Dokter Adi menggunakan alat bantu vakum dengan seizin saya. Tidak lama kemudian, Alanis lahir ke dunia dan langsung diletakkan di dada saya. Saya bahagia sampai menangis. Rasa sakit sekejap hilang melihat bayi mungil yang ada di dada saya.


Sekitar 10 menit Alanis di dada saya. Selanjutnya, ia harus dibawa langsung ke ruang bayi untuk diinfus dan dikeluarkan cairan dari tubuhnya karena Alanis sempat meminum ketuban yang sudah bercampur dengan pupnya. Saya dan suami sedih sekali melihat kondisi Alanis yang baru lahir harus ditusuk jarum infus.




Alanis tidak rooming in dengan saya selama 1 setengah hari, saya harus bolak-balik kamar bayi untuk memberikannya ASI secara langsung. Alhamdulillah, hari kedua Alanis sudah pulih dan bisa rooming in dengan saya dan besoknya Alanis sudah boleh pulang.


Saya sangat berterimakasih sekali dengan orang-orang yang selalu mendukung saya dari awal kehamilan hingga kelahiran. Tidak berhenti mengucap syukur kepada Allah SWT yang mempercayai untuk menitipkan saya dan suami buah hati yang cantik, suami dan keluarga yang selalu ada untuk saya dan Alanis. Sungguh proses alami yang tidak akan pernah saya lupakan. Alanis lahir ke dunia dan saya terlahir menjadi seorang Ibu.






MADE BY ICHA WITH LOVE

CATEGORIES

SUBSCRIBE
VIA EMAIL

RECENT POSTS

MY PORTFOLIO

bottom of page